Pantaskah Mengumbar Masalah Pribadi di Tempat Kerja?

| |

MENGHABISKAN banyak waktu dengan rekan kerja sering kali menjadikan mereka sebagai orang yang paling dekat dengan Anda dibandingkan keluarga. Namun, sejauh mana kita boleh bebas bercerita kepada mereka?

Apakah Anda termasuk orang yang sering membicarakan masalah pribadi dengan rekan kerja? Memang, sangat sulit untuk tidak menceritakan hal pribadi kepada rekan kerja. Bagaimanapun, Anda menghabiskan waktu bersama mereka selama lebih dari delapan jam per hari, selama lima atau enam hari. Bisa dibilang, Anda hidup dengan mereka, dan dengan siapa lagi Anda bercerita dan berkeluh kesah selain dengan orang yang selalu ada bersama Anda?

"Hampir 10 tahun saya bekerja bersama rekan-rekan di perusahaan. Kami sering makan siang, bahkan makan malam bersama. Kami sudah seperti keluarga. Mereka juga yang pertama kali mengetahui kalau saya bertunangan, membantu acara pernikahan saya, dan mengunjungi saya saat saya melahirkan," tutur penulis Dawn Rosenberg, seperti dikutip About.com.

Meski begitu, saat Dawn pertama kali mengetahui kalau dirinya hamil, hanya dua orang yang diberi tahu tentang hal ini. Mereka ialah teman terdekatnya dan orang yang dianggapnya bisa dipercaya dan selalu membantu kala membutuhkan.

"Saya sengaja menyembunyikannya agar berita ini tidak sampai ke telinga bos saya. Saya tidak mau dikejar-kejar pertanyaan kapan saya akan kembali bekerja oleh bos. Bukannya saya tidak percaya kepada teman-teman saya, tapi rasanya tidak adil kalau mereka harus ikut-ikutan menyimpan rahasia saya. Lagi pula ada beberapa orang yang memang tidak saya percayai," tegas Dawn.

Memang, banyak alasan mengapa seseorang tidak mau berbagi cerita atau masalah pribadi dengan rekan kerjanya. Ada yang merasa sungkan jika harus membebankan masalahnya kepada orang lain. Ada pula yang memang tidak memercayai rekan kerjanya itu.

"Ada beberapa orang yang merasa bahwa menyebarkan cerita atau masalah pribadi seseorang kepada orang lain bukan suatu masalah besar. Saat Anda menyadari kalau cerita pribadi Anda sudah tersebar di kantor, semuanya sudah terlambat," kata Dawn.

Karena itulah, Dawn menganjurkan agar berhati-hati saat menceritakan persoalan pribadi kepada rekan kerja, terutama yang berhubungan dengan kelemahan Anda. Saat menceritakan kelemahan Anda, secara tidak langsung Anda mengungkapkan aib Anda kepada orang lain.

"Jika posisi Anda di kantor adalah orang yang diharapkan memiliki kekuatan, ketegasan, dan kemampuan mengontrol yang baik, menceritakan keburukan Anda sama saja dengan bunuh diri," sebut Dawn.

Elizabeth Mitchell, penulis senior di About.com juga menegaskan bahwa saat Anda bercerita atau berkeluh kesah kepada rekan kerja, maka kesan itulah yang akan menancap di benaknya tentang Anda. Menurut Elizabeth, saat Anda menceritakan keburukan Anda kepada rekan kerja, maka standar yang digunakan rekan kerja tersebut untuk menilai Anda menjadi berbeda dengan yang ditetapkan kepada teman atau keluarga.

"Keputusan dalam dunia kerja dibuat berdasarkan kesan yang kita ciptakan di lingkungan pekerjaan. Saat seseorang yang seharusnya punya kekuatan penuh untuk mengendalikan pekerjaannya, ternyata malah berkeluh kesah yang justru menghancurkan kesan itu. Maka hal tersebut bisa berpengaruh pada kariernya di perusahaan," tandas Elizabeth.

Hal ini bukan berarti Anda tidak boleh berkeluh kesah kepada rekan kerja, tapi sebaiknya pilih dulu rekan kerja yang tepat yang bisa dipercaya, sebelum memutuskan untuk menceritakan masalah pribadi kepada orang lain.

Cukup ceritakan seperlunya

Seperti sudah dijelaskan bahwa terlalu banyak menceritakan masalah pribadi bisa menimbulkan kesan yang salah pada diri Anda. Karena itulah, menurut konsultan karier Susan Heathfield, Anda harus pandai-pandai dalam menjaga tingkat privasi atau memilih mana yang bisa Anda ceritakan dan mana yang tidak.

"Jika Anda sudah bekerja dalam kurun waktu yang lama di sebuah perusahaan, maka mengetahui hal-hal umum tentang seorang rekan kerja adalah hal yang wajar. Misalnya, cerita bahwa ia cuti karena orangtuanya meninggal. Namun, jika ia punya masalah keluarga yang rumit, sebaiknya memang tidak perlu diketahui rekan kerja yang lain. Lagi pula jika yang dibutuhkan adalah sebuah dukungan atau semangat, tak perlu menceritakannya secara detail. Cukup garis besarnya saja," tegas Susan.

Masih kata Susan, terlalu banyak bercerita saat jam kerja juga bisa mengurangi produktivitas dan memengaruhi kondisi kejiwaan atau emosi. Akibatnya, pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan baik.

Konsultan karier Brian Mairs juga menyarankan untuk hanya membagi cerita bahagia kepada rekan kerja daripada berkeluh kesah soal keluarga atau masalah pribadi.

"Jika ingin menceritakan tentang mobil baru, rumah baru, atau anak yang baru saja dilahirkan, silakan saja. Tapi kalau soal masalah pribadi, lebih baik simpan saja untuk Anda sendiri, atau cari bantuan terapi atau pemuka agama untuk membantu masalah tersebut," katanya.

Keputusan akhir memang tetap ada di tangan Anda. Begitu pula dengan konsekuensi yang akan Anda hadapi dengan keputusan tersebut. Jika bercerita dan berkeluh kesah tentang masalah pribadi kepada rekan kerja membuat Anda merasa nyaman, maka sadarilah bahwa nantinya tak ada lagi batas antara Anda sebagai "pekerja di kantor" dan Anda sebagai "Anda yang sesungguhnya".

Jika Anda memang tidak ingin menutup-nutupi karakter Anda atau tidak ingin memberikan kesan sebagai orang yang berbeda baik di kantor maupun di rumah, maka silakan saja selama hal tersebut tidak mengganggu pekerjaan Anda.

0 komentar:

Posting Komentar

Your Comment